Temple Grandin adalah seorang profesor, penulis, dan ahli dalam bidang perilaku hewan yang dikenal karena kontribusinya dalam desain sistem penanganan hewan, khususnya di industri peternakan. Dia juga seorang individu dengan autisme yang sangat terkenal karena keberhasilannya mengatasi tantangan yang terkait dengan kondisi tersebut.
Grandin memperoleh gelar dalam psikologi dan kemudian melanjutkan untuk meraih gelar doktor dalam bidang ilmu ternak. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah desain sistem penanganan sapi yang lebih manusiawi, yang dikenal dengan “sistem corral Grandin.” Desain ini membantu mengurangi stres pada hewan saat diproses di peternakan dan rumah pemotongan.
Temple Grandin juga menjadi tokoh penting dalam meningkatkan pemahaman tentang autisme, berbicara tentang pengalaman pribadinya sebagai seorang wanita dengan autisme dan bagaimana hal itu mempengaruhi cara pandangnya terhadap dunia. Dia menulis beberapa buku, termasuk “Thinking in Pictures” dan “The Autistic Brain,” yang memberikan wawasan berharga tentang kehidupan dan pemikiran orang dengan autisme.
Temple Grandin didiagnosa dengan autisme pada usia yang sangat muda, meskipun pada waktu itu, diagnosis autisme belum sepopuler sekarang. Dia didiagnosa dengan bentuk autisme klasik, bukan Asperger, karena pada masa kecilnya ia menunjukkan keterlambatan perkembangan bicara dan kesulitan berkomunikasi yang lebih jelas. Pada awalnya, orangtuanya diberitahu bahwa dia mungkin tidak akan bisa berbicara atau berkembang secara normal.
Grandin didiagnosa pada usia 2-3 tahun, sekitar tahun 1950-an, ketika istilah “autisme” masih belum terlalu dikenal dan pemahaman tentang spektrum autisme sangat terbatas. Saat itu, sangat sedikit yang diketahui tentang autisme, terutama dalam hal diagnosis dan perawatan.
Untuk membantu Temple, orangtuanya mengambil beberapa langkah penting:
- Terapi Bicara dan Perawatan Intensif: Ibu Temple sangat berperan dalam mendorongnya untuk belajar berkomunikasi dengan cara yang lebih efektif. Dia didorong untuk berbicara lebih banyak dan berinteraksi dengan orang lain, meskipun Grandin mengakui bahwa berbicara sangat sulit baginya ketika kecil. Ibu Temple memaksanya untuk berlatih berbicara dan membaca, yang sangat membantu dalam perkembangan bahasa dan komunikasi.
- Pendekatan Terhadap Lingkungan dan Rutinitas: Orangtuanya juga memperkenalkan struktur dan rutinitas yang dapat membantu Temple merasa lebih aman dan terorganisir. Mereka membantunya mengatasi rasa cemas dan kebingungannya tentang dunia di sekitarnya, yang sering dialami oleh banyak individu dengan autisme.
- Mendukung Ketertarikannya pada Hewan: Salah satu hal yang paling signifikan adalah bagaimana orangtuanya mendukung minat Temple pada hewan, terutama sapi. Minat ini berkembang sejak kecil, dan mereka memfasilitasi pengalaman yang memungkinkan Temple untuk terlibat lebih dalam dengan hewan. Hal ini membantu Temple mengembangkan keterampilan sosial dan kognitif yang sangat berguna dalam kariernya.
- Pendidikan yang Sesuai dengan Kebutuhannya: Meskipun Temple menghadapi banyak kesulitan dalam pendidikan formal, orangtuanya mendorongnya untuk mengejar pendidikan tinggi. Mereka memilih sekolah yang lebih menerima perbedaan dan di mana Temple dapat berkembang, meskipun ia sering merasa kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan teman sebayanya.
Temple Grandin bersekolah di sekolah reguler, meskipun dengan dukungan khusus, terutama pada masa kecilnya. Pada saat itu, sangat sedikit sekolah yang memiliki program khusus untuk anak-anak dengan autisme, dan autisme sendiri belum sepenuhnya dipahami. Namun, Temple mengakui bahwa pendidikan awalnya cukup menantang karena kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebayanya dan mengalami keterlambatan dalam komunikasi.
Orang tua Temple, terutama ibunya, sangat berperan dalam memastikan dia mendapatkan pendidikan yang baik dan menuntut agar Temple tetap bersekolah di sekolah umum, meskipun dia mengalami kesulitan sosial dan komunikasi. Ibu Temple berusaha mencari cara agar Temple dapat belajar dengan cara yang sesuai dengan kebutuhannya, meskipun banyak kesulitan yang dia hadapi selama masa sekolah.
Pada usia yang lebih dewasa, saat Temple sudah memasuki sekolah menengah dan perguruan tinggi, dia terus menghadapi tantangan dalam berinteraksi sosial, tetapi dia didorong untuk mengejar pendidikan lebih tinggi di universitas. Setelah lulus dari sekolah menengah, Temple melanjutkan ke universitas untuk mendapatkan gelar sarjana dalam psikologi dan kemudian melanjutkan studi untuk meraih gelar doktor dalam ilmu ternak.
Langkah-langkah tersebut, ditambah dengan dukungan yang berkelanjutan dari keluarga dan guru yang memahami kebutuhannya, memungkinkan Temple Grandin untuk mengatasi tantangan autisme dan akhirnya menjadi salah satu pakar terkemuka dalam bidang hewan dan autisme.
Kisah hidup Temple telah difilmkan oleh HBO.
Read: 7958 times!