Stimming (self-stimulatory behavior) pada anak autistik adalah bagian alami dari cara mereka berinteraksi dengan dunia. Ini bisa berupa gerakan seperti mengepakkan tangan, menggoyangkan tubuh, mengulang kata-kata, atau fokus pada tekstur tertentu. Pada anak dengan ASD, stimming adalah hal yang sangat umum dan bisa menjadi cara mereka mengatur emosi, menghadapi stres, atau merespons rangsangan sensorik.
Apa yang Bisa Memicu Stimming?
Stimming bisa muncul karena berbagai alasan, antara lain:
- Overstimulasi: Ketika lingkungan terasa terlalu ramai, bising, terang, atau menakutkan.
- Understimulasi: Ketika anak merasa bosan atau kurang rangsangan sensorik.
- Kegembiraan berlebih atau stres: Misalnya saat anak merasa sangat senang, cemas, atau frustasi.
- Kebutuhan sensorik: Anak mungkin membutuhkan sensasi tertentu untuk menenangkan diri.
- Rutinitas dan kenyamanan: Kadang stimming menjadi kebiasaan yang membuat anak merasa aman.
Bentuk-Bentuk Stimming yang Umum
Bentuk stimming bisa sangat beragam tergantung anak. Beberapa contoh yang sering terlihat:
Gerakan tubuh:
- Mengepakkan tangan (hand-flapping)
- Mengayun tubuh (rocking)
- Berputar-putar
- Berjalan mondar-mandir
- Menggigit atau memukul diri sendiri
Perilaku visual:
- Menatap cahaya terang
- Melihat benda berputar atau pola berulang
Suara:
- Menggumam
- Mengulang kata atau suara tertentu (echolalia)
Perilaku dengan objek:
- Memutar benda berulang-ulang, misalnya roda ban mobil
- Menyusun objek dengan cara tertentu terus-menerus, misalnya menyusun mainan dalam urutan yang teratur.
Apakah Stimming Harus Dihentikan?
Tidak selalu. Stimming bukan perilaku “buruk”. Dalam banyak kasus, stimming membantu anak mengatur dirinya sendiri. Tujuan kita bukan langsung menghilangkan stimming, tapi memahami maknanya dan melihat apakah perilaku itu mengganggu fungsi anak atau membahayakan dirinya.
Pendekatan terbaik biasanya bukan menghilangkan stimming, melainkan memahami mengapa anak melakukannya. Jika karena stres, mungkin yang perlu diperbaiki adalah lingkungan yang membuatnya cemas. Jika karena kebutuhan sensorik, bisa dicari alternatif seperti alat bantu sensorik atau kegiatan lain yang memberikan efek serupa. Yang terpenting adalah menghormati cara anak berinteraksi dengan dunia sambil memastikan mereka merasa aman dan nyaman.
Namun, ada dua hal yang perlu diperhatikan: keamanan dan fungsionalitas. Jika stimming membahayakan anak (misalnya menggigit tangan sendiri atau membenturkan kepala), maka perlu diarahkan ke bentuk lain yang lebih aman. Begitu juga jika stimming sangat mengganggu kemampuan anak untuk menjalani aktivitas sehari-hari, seperti belajar atau berinteraksi, maka bisa dicari cara untuk mengelolanya tanpa menghilangkan kebutuhan sensoriknya.
Kapan Orangtua Perlu Intervensi?
Orangtua perlu mempertimbangkan intervensi bila:
-
Stimming membahayakan anak atau orang lain
Contoh: memukul kepala sendiri, menggigit diri sendiri. -
Mengganggu aktivitas belajar atau interaksi sosial
Contoh: anak tidak bisa fokus sama sekali di sekolah karena terlalu sibuk mengayun-ayunkan tubuhnya. -
Stimming menyebabkan anak dikucilkan atau diejek secara sosial, dan anak mulai menunjukkan tanda-tanda stres karenanya.
-
Stimming terlalu sering dan intens hingga membuat anak tidak bisa menikmati aktivitas lain.
Bagaimana Cara Mengelola atau Mengurangi Stimming?
Beberapa strategi yang bisa digunakan:
-
Pahami penyebabnya: Amati kapan dan dalam kondisi apa anak melakukan stimming. Apakah karena bosan, cemas, atau terlalu banyak rangsangan?
-
Sediakan alternatif yang aman atau sosial lebih dapat diterima
Contoh: jika anak suka menggigit tangannya, tawarkan mainan sensorik atau alat pengunyah. -
Berikan aktivitas sensorik terstruktur
Misalnya, terapi okupasi bisa membantu anak mendapatkan kebutuhan sensoriknya melalui aktivitas yang terarah. -
Gunakan pendekatan positif
Jangan hukum anak karena stimming. Sebaliknya, beri pujian saat anak mencoba menenangkan diri dengan cara lain yang lebih adaptif. -
Ajarkan strategi regulasi emosi
Anak bisa diajari cara bernapas dalam, relaksasi otot, atau meminta waktu istirahat saat mulai kewalahan.
Read: 50 times!