Bismillah: In The Name of God

Lets Share:

Amal shaleh dalam kehidupan seorang mukmin menempati posisi sangat penting. Hal ini karena Allah swt selalu mensejajarkan kalimat iman dan amal sholeh dalam satu seruan. Hal ini bisa kita lihat dalam Surah Al-Bayyinah, Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk (Surah Al-Bayyinah : 7)

Dalam ayat lain, Allah swt berfirman, Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga, mereka mengatakan, “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya. (Surah Al-Baqarah: 25)

Dari ayat-ayat di atas (dan dalam banyak ayat lain), kita melihat keimanan selalu bersanding dengan amal shaleh. Hal ini berarti ada korelasi yang dalam antara iman yang sifatnya batiniah (tersembunyi) dengan amal shaleh yang sifatnya zhahir (nyata atau ditampakkan). Lebih jauh, berarti ada hubungan resiprok (hubungan dua arah) antara iman dan amal. Semakin baik keimanan, semakin banyak amal shalehnya, sebaliknya, semakin lemah keimanan, semakin lemah pula amal shalehnya.

Pertanyaannya adalah amal shaleh seperti apa, yang akan mempunyai timbangan kebaikan kelak di hadapan Allah swt? Apakah amal shaleh tidak memiliki syarat tertentu, atau justru dia memiliki syarat khusus, yang membuat sebuah amal diterima atau tidak. Secara logika sederhana, pertanyaan ini mudah dijawab. Sebab, jika dalam melakukan amal duniawi saja, kita harus memenuhi syarat tertentu agar bisa diterima, berarti apalagi beramal untuk kepentingan akhirat. Jelas ada ketentuan yang harus dipenuhi agar amal shaleh kita tidak sia-sia dihadapan-Nya.

BACA:  Menggapai Kemuliaan Malam Lailatul Qadr

Sebuah amal bernilai amal shaleh jika dia memenuhi dua katagori. Pertama, amal tersebut diniatkan untuk mencari ridha Allah. Kedua, tata cara amal shaleh tersebut sesuai dengan syariat-Nya (berlandaskan Al Qur-an dan Sunnah Rasul saw).

Melalui dua katagori tadi, sekali lagi kita melihat, sisi batin dan zhahir bermain. Niat hanya ada dalam batin, artinya kebenaran keikhlasan niat dan bobotnya hanya Allah saja yang bisa menilainya secara sempurna. Namun melaksanakan amal shaleh yang sesuai syariat-Nya adalah perbuatan zhahir, artinya dapat dtelusuri kebenaran landasannya dan dapat di evaluasi pelaksanaannya.

Penjelasan lebih jauh berarti betapa muni dan indahnya sebuah amal shaleh. Sebab, hanya atas nama Allah sebuah amal diniatkan dan hanya dengan aturan syariat-Nya, sebuah amal direalisasikan. Niat yang ikhlas karena Allah membuat seorang mukmin tenang dalam melangkah, sebab dia mempersembahkan amal sholehnya hanya untuk mencari ridha Allah. Tidak ada tujuan-tujuan lain di dalam hatinya. Dia laksana seorang budak yang hanya mempunyai satu tuan.

BACA:  Hikmah Puasa Ramadhan

Inilah mengapa, panglima besar Islam, Khalid bin Walid ra sanggup turun (dengan seketika ketika surat perintah datang) dari jabatannya sebagai seorang Panglima Perang menjadi Prajurit biasa. Khalifah Umar bin Khaththtab ra mengirim surat yang berisi penurunan jabatan tersebut tepat di tengah sebuah peperangan yang sedang dipimpin Khalid.

Mengapa Amirul Mukminin saat itu, Khalifah Umar, melakukan hal tersebut? Ternyata karena Umar melihat banyak tentara muslim yang mulai mengagungkan (figuritas) terhadap Khalid. Bagi Umar, fenomena itu sudah berada di luar batas kewajaran sehingga “pemecatan” yang Umar lakukan kepada Khalid tidaklah berdasarkan sentimen pribadi, melainkan secara umum untuk kebaikan kaum muslimin.

Apa yang Khalid lakukan ketika mendapat surat Umar itu? Dalam surat tersebut, Umar pada awalnya tidak menerangkan apa alasan pemecatan itu. Namun meski demikian, tanpa ribut ribut, tanya mengeluarkan kata yang akan mengurangi keikhlasannya, Khalid langsung melepas jabatannya dan tetap berada dalam pasukan, meski kini hanya sebagai prajurit biasa. Ketika seseorang bertanya, mengapa beliau bisa seperti itu dan bukannya marah terhadap Umar? Khalid menjawab, Aku berperang untuk Tuhannya Umar dan bukan untuk Umar.

Pada tahapan kedua, niat ikhlas tersebut akan menuntun seorang mukmin sedekat mungkin menerapkan syari’atNya dalam beramal shaleh. Artinya amal shaleh seorang mukmin memiliki landasan jelas, yaitu Al Qur’an dan Sunnah. Sebagaimana hadis Rasul saw, Telah aku tinggalkan bagi kalian dua perkara. Tidak akan sesat kalian selama berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitab Allah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi (Al Hadìst). (HR.Malik)

BACA:  Amal Shaleh Buah Indah Iman

Perjalanan menemukan kebenaran jalan-Nya mungkin awalnya akan membuat gentar hati. Apakah kita sudah benar berada di jalan-Nya? Jawabannya sederhana, Bismillah dan kita beramal sajalah atas nama Allah dan mendekatlah pada syariat-Nya. Sebab, Allah pasti yang akan menolong hambaNya yang berjalan di jalan-Nya.

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Surah Al-Ankabut: 69)

Bunda Azzam

Lets Share:

Leave a Reply